Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dampak Covid-19, Ekonomi Jatim Terkontraksi 2,39 Persen
(Dadang Hardiwan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur).

Dampak Covid-19, Ekonomi Jatim Terkontraksi 2,39 Persen



KNPI

Berita Baru Madura, Surabaya — Ekonomi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2020 (c-to-c) mengalami kontraksi sebesar 2,39 persen. Hal itu dikarenakan dampak pademi Covid-19, sehingga beberapa lapangan usaha pertumbuhannya mengalami kontraksi.

Sebagaimana diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Dadang Hardiwan, dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 13,80 persen, diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 11,16  persen dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,87 persen.

“Dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,31 persen, diikuti Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,18 persen dan Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 0,83 persen,” kata Dadang Hardiwan, dalam rilis resminya,   Jumat (05/02).

Sementara ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV-2020 dibandingkan triwulan IV-2019 (y-on-y) juga terkontraksi sebesar 2,64 persen.

Dari sisi produksi, kontraksi terdalam pada lapangan usaha konstruksi sebesar 9,53 persen, diikuti jasa perusahaan sebesar 9,49 persen dan jasa lainnya sebesar 9,43  persen.

“Sedangkan dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi pada PMTB sebesar 7,64 persen dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,60 persen,” ujar Dadang.

Secara q-to-q perekonomian Jawa Timur Triwulan IV-2020 terkontraksi 0,94 persen. Dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi  pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan  dan Perikanan sebesar 26,77 persen, diikuti Konstruksi sebesar 4,13 persen.

Sementara dari sisi pengeluaran,  kontraksi terdalam Ekspor Luar Negeri sebesar 13,34 persen, diikuti PMTB 2,01 persen Perekonomian Jawa Timur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Tahun 2020 mencapai Rp 2.299,46 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 1.610,42 triliun.