Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kiai Mamak
KH. Muhammad bin Muafi, Pengasuh Ponpes Nazhatut Thullab, Prajjan Sampang. Foto/Tangkapan Layar YouTube Nazhatut Thullab

Kehidupan Semakin Berat dan Tidak Menyenangkan? Begini Penjelasan Kiai Mamak



KNPI

Berita Baru Madura, Khazanah – Kiai Muhammad bin Muafi atau Kiai Mamak pengasuh pondok pesantren (ponpes) Nazhatut Thullab Prajjan, Sampang, menjelaskan soal pertanyaan dari seorang alumni pesantrennya tentang kehidupan yang semakin tua terasa berat dan tidak menyenangkan.

Mula-mula Kiai Mamak mengatakan beban manusia dilahirkan dari kebutuhan yang kemudian berkembang menjadi tekanan. Ada kalanya kebutuhan berawal dari konsekuensi tanggung jawab akan realita kehidupan. Meski tak jarang juga kebutuhan muncul dari keinginan dan nafsu.

Seiring waktu, lanjut Kiai Mamak, seiring tanggung jawab yang semakin besar, maka keduanya berbanding lurus dengan kewenangan mengatur hidup yang semakin besar. Hal yang normal jika kebutuhan juga menjadi semakin banyak. Dan akhirnya melahirkan tekanan yang juga semakin besar.

Beda halnya dengan kebutuhan yang bersumber dari keinginan dan nafsu manusiawi. Maka berat kebutuhan yang kemudian memunculkan tekanan, sangat tergantung pada kemampuan kita me-manage dan mengambil skala prioritas.

“Karena tanpa tata kendali diri yang baik, tekanan yang dihadapi cenderung akan tidak terkontrol dan pada titik tertentu akan membelenggu bahkan menghabisi kita,” kata Kiai Mamak seperti dikutip dari akun Instagram pribadinya @muhammadbinmuafi, Sabtu (8/1/2022).

Selain mengontrol agar tekanan yang kita hadapi selalu dalam skala yang realistis untuk kita hadapi seperti paparan di atas, hal yang penting juga adalah mengatur ruang hati untuk tetap mampu memuat tekanan-tekanan yang muncul. Karena ada kalanya tekanan yang bersumber dari realita kehidupan datang tiba-tiba dalam kadar yang besar dan cenderung melebihi kapasitas normal hati kita.

“Bersyukur, untungnya Allah menjadikan hati setiap manusia tanpa batasan ukuran duniawi, seperti liter atau satuan kubik, sehingga besar kecilnya kapasitas tergantung sepenuhnya pada kita sendiri,” ujar Kiai Mamak.

Pada beberapa manusia, katanya, memilih untuk menjadikannya berkapasitas kecil, sehingga masalah kecil seperti cinta monyet dan tak terpenuhinya kebutuhan sekunder bahkan tersier sebagai tekanan yang tak mampu dimuat oleh hati mereka.

Namun beberapa yang lain cenderung menjadikan hatinya sebagai danau bahkan sbg samudera, yang mampu menampung semua masalah dan menyadari nya sebagai bagian dari sunnatullah kehidupan.

Umumnya yang mencapai tahapan ini meyakini Allah disisi mereka, dan merasakan tekanan sebagai sapaan Allah pada hamba-Nya. Mereka melandasinya dengan keyakinan bahwa ujian selalu diukur sebelum diberikan.

“Kesimpulannya, nikmati saja kehidupan ini. Setiap fase kehidupan ada sisi nikmat nya, namun juga melahirkan konsekuensi yang tidak sama tentang keleluasaan dan kewenangan yang kemudian berdampak pada tekanan,” jelasnya.

“Bijak saat menggunakan kewenangan hidup, logis saat menganalisa keinginan, tenang saat menghadapi tekanan, meluaskan hati saat tekanan datang bertubi-tubi. Dan tetap yakin bahwa innallaha ma’ana,” tambahnya.