Desaku Tak Kunjung Maju
Desaku. Belum lama ini aku mencoba menyampaikan aspirasi, tetapi hasilnya berbuah tragedi. Dan ketika itu pula aku yang merasakannya sendiri.
Intimidasi, represi, bahkan persekusi yang coba dilakukan oleh penguasa yang gandrung akan oligarki.
Desaku. Aku dilematis berada disini, tak merasa asing dan sepi, hanya saja aku geram dengan aspirasi orang-orang disini yang tak kunjung dituruti.
Desaku. Sebenarnya bisa saja jadi desa Mandiri, manakala pemangku kepentingan bisa bekerja dan membangun dengan kesungguhan dari hati.
Desaku. Pemudanya begitu banyak menyimpan potensi, tetapi sikap tak peduli yang tinggi membuat pemudanya pergi dan tak kunjung kembali.
Desaku. Orang-orang disini sudah lama memendam keinginan untuk kemajuan.
Namun, lagi-lagi keinginan itu dipatahkan polah penguasa yang gila dengan jabatan.
Demokrasi berubah menjadi kerajaan, sistem pergantian kepemimpinan dari satu anggota keluarga yang serba diwariskan.
Pendidikan, kesehatan, pertanian, perekonomian, hingga pembangunan akan terlepas dari belenggu ketertinggalan.
Apabila penguasa mampu membuka pikiran dan berdialog dengan orang-orang untuk melakukan perubahan.
Hindari menghadapi persoalan dengan cara yang kaku, terima dan evaluasi segala kritik dengan tenang untuk merumuskan terobosan-terobosan baru.
Panjang umur Desaku, semoga segera terwujud cita-citamu menjadi desa yang mandiri, makmur, unggul, dan maju.
Penulis: Bung Anto, Sekertaris Jenderal HIMASA Surabaya