Ra Ibong: Pentingnya Dewasa dalam Bermedia Sosial dan Memahami UU ITE
Berita Baru Madura, Bangkalan – Anggota Komisi l DPR RI Fraksi Gerindra Dapil Jatim XI, R. Imron Amin mengajak lapisan masyarakat untuk belajar dewasa dalam bermedia sosial.
Hal itu disampaikan Ra Ibong sapaan akrabnya, saat wicara dalam program bercerita Beritabaru.co yang disiarkan langsung melalui Instagram, Selasa (18/1) malam.
Menurut dia, masyarakat saat ini masih belum dewasa dalam bermedia sosial sehingga banyak yang menjadi korban hoaks.
“Penanganan hoaks masih menjadi tantangan bersama untuk menjaga pertahanan dan kerukunan di Indonesia,” papar Ra Ibong.
Ia menyampaikan untuk penanganan hoaks harus ada respons yang seimbang dari masyarakat dan berbagai pihak yang bersangkutan.
“Jika tidak, maka kinerja pemerintah akan menjadi buih. Kunci penanganan hoaks adalah diri masing-masing, Aktor utamanya ya kita ini,” tuturnya.
Pihaknya juga memberikan 3 prinsip yang harus dipegang dalam bermedia sosial; cerdas, dewasa, dan mau menerima kritik.
Pertama cerdas, kata dia, ketika seseorang mendapatkan berita di media sosial penting mencari kebenarannya. Jika perlu ditanyakan pada yang ahli.
“Jadi tidak langsung dilahap dan disebar begitu saja. Harus ada langkah-langkah cerdas,” katanya.
Pria yang juga menjabat Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Bangkalan tersebut menjelaskan, cerdas di sini sebagai adanya komunikasi atau tabayun.
“Apa pun yang ia terima dari media sosial harus dikomunikasikan dengan pihak lain. Tujuannya satu: klarifikasi kebenaran,” tuturnya.
Kedua berhubungan dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE), yakni bagaimana pengguna media sosial bisa berpikir terlebih dulu—seperti, apakah ini akan melukai hati orang lain dan melanggar UU atau semacamnya—sebelum berkoar di media sosial.
“Contohnya banyak ya. Salah satunya soal vaksin di Madura. Gara-gara banyak yang termakan hoaks, proses vaksinasi terhambat,” ungkap Ra Ibong.
Adapun ketiga lebih pada belajar untuk bijak di media sosial. Satu hal yang perlu ditanamkan dalam memanfaatkan teknologi adalah bahwa pengguna media sosial sangatlah beragam, dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda.
“Akibatnya, ketika seseorang gagal mengelola emosinya dalam arti tidak mau menerima kritik, maka yang akan terjadi adalah perselisihan,” tandasnya.