Kontribusi Hutan Terhadap Penghidupan Masyarakat Papua
Berita Baru, Jakarta – Kontribusi perempuan Papua dalam menjaga hutan tetap lestari cukup besar. Hal tersebut salah satunya dilatarbelakangi karena sebagian besar warga Papua menjadikan hutan sebagai sumber pangan dan penghidupan.
“Kalau kita bicara tentang aktivitas pertanian, hutan itu sebagai sumber pangan atau penghidupan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya,” kata Yustina Lina Dina Wambrauw, Peneliti Universitas Papua dalam diskusi Seri Podcast 1 yang bertajuk ‘Perempuan Hutan Lestari di tanah Papua’, Rabu (25/8).
Acara tersebut merupakan bagian dari festival Torang Pu Para Para sebagai bagian dari Program Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA) yang diselenggarakan The Asia Foundation (TAF) bersama PUPUK dan bekerja sama dengan Kipra Papua, Manukwar Papua, PPMA Papua , Gemapala Fakfak serta Beritabaru.co.
Menurut Yustina, konteks pertanian di Papua masih lebih cenderung ke dalam sistem pertanian tradisional atau perladangan berpindah di sekitar area hutan.
“Banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa curahan kerja terbesar atau aktif di sektor pertanian adalah perempuan. Sehingga perempuan berkontribusi cukup besar,” ungkapnya.
Ia juga menyebut, secara tidak langsung perempuan di Papua merupakan tulang punggung untuk konservasi atau pelestarian hutan.
“Karena ketika menjalankan sistem pertanian yang berkelanjutan, mereka menjaga tanah atau lingkungan sekitar dan itu pasti hutan kalau kita bicara konteks Papua,” imbuh Yustina.
Selain itu, perempuan Papua menurut Yustina juga sebagai tulang punggung penyedia pangan bagi keluarganya bahkan masyarakat.
“Jadi kita bilang, tulang punggung ketahanan pangan ada di perempuan. Sehingga perempuan sangat berperan,” tuturya.
Sebagai akademisi pertanian, Yustina menuturkan bahwa untuk tetap menjaga kelestarian hutan Papua mesti membangun sistem pertanian berkelanjutan. Sebagaimana sistem pertanian yang selama ini telah dilakukan warga di sekitar hutan.
“Misalnya, sebagai satu contoh mereka di sini kebanyakan tidak menggunakan pupuk maupun pestisida. Secara tidak langsung itu kan melindungi tanah dan lingkungan di sekitarnya. Itu merupakan salah satu contoh kearifan masyarakat lokal dalam bertani,” katanya.